Minggu, 24 Februari 2008

RESIKO

Resiko

Menjadi manusia seutuhnya mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang memiliki cinta dan keberanian untuk membelinya. Seseorang harus melepaskan hasrat untuk mencari rasa aman dan harus menghadapi risiko hidup dengan kedua belah tangannya. Seseorang harus memeluk kehidupan seperti memeluk seorang kekasih. Segala usaha meraih tujuan, selalu melibatkan risiko. Fred mengkin berkata, "Saya tidak mau bergantung di dahan!" Fred tidak menyadari bahwa ada buah di ujung dahan itu. Buah itu selalu berada di sana.. di ujung dahan. Suatu hukum yang berlaku di planet ini menjamin bahwa imbalan datang sesudah risiko. Dan bukan sebaliknya.

Kebanyakan dari kita memulai hidup ini dengan sikap positif dalam menghadapi risiko. Ketika masih anak-anak, kita tidak sabar untuk melakukan berbagai petualangan baru. Karena itu, para ibu, selalu menemukan anak mereka yang berusia 2 tahun berada di ujung tangga, berjalan-jalan di jalan raya, diatap, menarik-narik ekor kucing dan seterusnya. Seorang anak yang sehat, gembira, seperti halnya seorang dewasa yang sehat dan gembira, senang menguji dan mengukur kemampuan mereka. Pada saat kita pertama kali mencoba berjalan dengan tertatih-tatih, pada saat kita mulai menguasai seni berjalan, kita mengambil risiko. Dan kita menyukainya!

Entah bagaimana, antara usia dua sampai dua puluh tiga, banyak orang menjalani perubahan sikap yang dramatis. Mereka sibuk dengan hasrat untuk "aman dan tenteram". Mereka menghabiskan waktu di malam hari dengan duduk terpaku di depan televisi, terpesona oleh para pahlawan layar kaca yang gagah berani. Mereka menelan komedi situasi dan opera sabun dalam dosis tinggi, sementara hidup mereka sendiri semakin membosankan dari tahun ke tahun.

Bumbu kehidupan adalah dalam melakukan hal-hal baru, dalam menciptakan sesuatu dari kemampuan kita sendiri. Jika kita memburu keamanan dan ketentraman berarti kita menekan kekuatan hidup kita. Perasaan aman dan tenteram, serta bebas dari segala kekhawatiran, pada akhirnya terletak di dalam peti, terkubur 6 kaki di bawah tanah.

Kala kita mencintai dan memedulikan, kita menanggung risiko. Mengatakan 'aku cinta padamu', bias menjadi urusan yang penuh risiko, tetapi imbalannya sungguh fantastis. Menjadi sosok manusia yang berbeda melibatkan risiko, dan itu juga berarti anda menjadi diri sendiri. Posisi yang berbahaya dan sulit memberi imbalan yang sepadan. Dalam kenyataannya, alam semesta ini senantiasa mendorong kita agar berusaha, berkembang dan menjadi luar biasa.

Untuk mencapai sesuatu, kita harus menanggung risiko. Untuk belajar berjalan, kita menanggung jatuh dan terluka. Untuk memperoleh uang, kita harus menanggung risiko kehilangan, dan orang yang memperoleh uang terbanyak memiliki risiko terbesar. Untuk memenangkan pertandingan tennis, kita menghadapi kemungkinan kalah.

Pemenang menangung risiko lebih banyak daripada pecundang. Inilah alasannya mengapa kemenangan mereka begitu besar. Dengan demikian, pemenang menderita kekalahan lebih banyak daripada pecundang, tetapi mereka begitu sering bermain, sehingga kemenangan mereka terus bertambah, dan kita ingat kemenangan para pemenang, bukan kegagalan mereka. Kita ingat Edison dan bola lampunya yang akhirnya menyala, bukan. Yang gagal menyala sebanyak satu truk.

Kita punya pilihan, yaitu antara benar-benar hidup atau semata-mata hidup.

Mencari pekerjaan adalah risiko.

Menyeberang jalan adalah risiko.

Memulai bisnis, hubungan atau keluarga adalah risiko.

Membuat suatu keputusan adalah risiko.

Makan di restoran adalah risiko.

Hidup adalah risiko.

Karena itu, mari kita memanjat dahan dan memetik buahnya.

Tidak ada komentar: